Assalamu’alaikum…

Bicara tentang sebuah hari yang ku jalani bersama temanku saat itu, mungkin aku bisa sedikit berbagi disini. Sebenarnya hari itu hari yang cerah untuk berkendara, malah terlanjur cerah (mungkin bisa dikatakan panas). Jadi semuanya berawal dari kampus, beberapa saat sebelum aku dan temanku berjalan atau bisa kukatakan menempuh sebuah ‘perjalanan’ (berlebihan niih…)

Aku dan temanku (sebenarnya beebrapa teman) membuat janji untuk berkumpul dikampus sebelum berjalan ke suatu tempat. Tapi ternyata setelah ditunggu beberapa lama, bahkan setelah mata kuliah selesai temanku yang satu lagi belum datang,,, akhirnya aku dan temanku memutuskan untuk pergi berdua saja.

“Gimana nih bro? Si Dika belum dateng-dateng nih…”, kataku.

“Yaudahlah yan brangkat aja, kapan lagi nih mau kesana…sekalian pamitan juga sama Pa Ivan.”, balasnya.

“Yoweslah… pakai satu motor aja, nanti bensinnya patungan.”, otak mahasiswaku berjalan.

“Haha, yaudah gampang…yang penting ke parkiran dulu laah.”, sambut temanku.

Akhirnya singkat kata, kita memutuskan untuk memakai motorku, motor yang belum genap 2 bulan dan sudah mulai mengalami banyak masalah semenjak berpindah tangah dari pamanku kepadaku. Bisik hati memang sudah was-was, apalagi motorku ini baru saja terkena masalah yaitu rem depannya ‘mati total’ alias tidak berfungsi.

“Ada apa-apa nggak ya nanti dijalan?”, kataku membathin.

Tapi yasudahlah tancap bang! karena waktu sudah mulai siang dan perjalanan bisa menghabiskan waktu 1,5-2 jam. Dan kita pun membulatkan niat untuk berangkat ke PT JAYA CM, tempat kami bertiga melaksanakan PKL.

Kita berdua memulai perjalanan, yang membawa motor pertama adalah diriku. Tiba-tiba temanku nyeletuk,

“Yan, yaah..bensin lw tuh. Udah mau habis gitu”, sahutnya

“Wah iya yah, yasudah..ngisi dulu”, dalam hatiku ‘Untung kesepakatannya patungan, ihiy’

Lalu kami mengambil jalan lewat Kelapa Dua dan sempat singgah untuk mengisi bensin dan melanjutkan perjalanan kembali.

Siang itu sangat panas, terasa sekali pada diriku yang dibalut jaket hitam ini. Terlebih lagi juga dengan celana hitam, menambah panasnya siang itu. Biasa laah, namanya mau ke kantor (berasa udah kerja.red). Tiba-tiba diperjalanan motorku terasa goyang, perkiraanku ban belakang bocor. Tetapi setelah diselidiki, ban belakangku fine-fine saja.

“Eh, ban belakang bocor ya?”, tanyaku.

“Sedikit kayaknya Yant.”, jawabnya.

“Yaah, udah deh lw yg bawa.. cari tambal ban.”

Kita memutuskan berganti posisi, temanku yang kini membawa motor, Inilah dia ke-’kurang-beruntungan’-ku yang pertama, yaitu ban bocor (Kurang suka menyebut kata ‘kesialan’ .red). Alhasil benar dugaanku bahwa ban belakangku bocor, dan akhirnya saat itu kami harus menunggu dan aku harus merogoh kocek sebesar Rp 7.000,-, pikirku ‘Ya sudahlah, toh buat motor sendiri’. Setelah selesai menambal ban belakang, kami pun melanjutkan perjalanan .

Akhirnya kita sampai di tempat tujuan. Tujuan kami adalah untuk meminta nilai PKL kita untuk diserahkan ke kampus. Tapi apa daya, pihak proyek menginginkan laporan kita selesai dahulu baru bisa memberikan nilai kami. Ini bisa dibilang ke-’kurang-beruntungan’-ku yang kedua, karena tujuan awal yang utama tidak dapat tercapai. Dengan perasaan sedih dan pasrah, kami harus pulang (Nggak langsung pulang deh, kongkow-kongkow dulu..). Dan agaknya pada pukul 14.45, kita pun kembali berangkat menuju depok.

Aku meminta gentian membawa motor dengan temanku dan ia meng-ia-kannya, walaupun aku dirindung rasa was-was, ‘Apakah bisa ya bawa motor gw? Kan rem depannya mati?’. Kupertegas dengan menanyakannya kepada temanku,

“Bisa bawanya ga? Rem depannya g ada, jadi kalo rem yaa pake belakang…”, jelasku.

“Ia, tau.. lu udah pernah bilang. Bisa laah”, sambut temanku meyakinkan.

Diriku lega mengetahui bahwa ia yakin bisa membawa motorku, jadi aku tinggal duduk dibelakang ditemani headsetku.

Lewat beberapa lama kami berjalan, diriku mulai mengantuk. Seketika sirine motor BM mengagetkanku. Kupikir siapa yang akan lewat? Ah, ternyata seorang pejabat (kelihatannya.red). Dengan otomatis kami pun nebeng dibelakang mobil beliau mengetahui biasanya mobil pejabat yaa… bisa “lancar” jalanya (hehe.red).

Motor lain pun mengikuti apa yang kami lakukan, tetapi beberapa saat kami berada dibelakang mobil tersebut suasana tiba- tiba mencekam. Temanku yang tadinya diam, adem-ayem mendadak teriak-teriak menoleh kepadaku. Aku yang masih memakai headset tidak terlalu mendengar apa yang dikatakannya.

“Yaan… r..mn..a bl..ng!”, kata temanku

“Apaan??!!”, sahutku.

“R.m..ya b..oo..g!, teriak temanku lagi.

“Kenapa??! Ngomong apa tadi??!”, balasku dengan mencopot headset yang tadinya kukenakan.

“REMNYA BLOONG!!!”

Akhirnya aku mendengar perkataan temanku, tapi semua terlambat…………………………… seketika kami meluncur di samping mobil pejabat tersebut, entah kena atau tidak kami hiraukan, kami membentur partisi busway di sisi jalan, aspal jalanan serasa menjadi vertikal dipandanganku, setengah sadar aku baru tahu bahwa aku dan temanku telah jatuh dan sekarang berada di Jalur Busway.

‘Ha? Jalur Busway?!’

Dengan cepat aku membalikkan muka kebelakang, alhamdulillah sedang tidak ada Busway yang lewat saat itu. Kami berdua sibuk bangun dan membenarkan posisi kami, mengangkat motorku yang kudapati penyok pada step dan rem kakinya ditambah body yang beset.

Kami segera melihat kebelakang lagi tempat mobil pejabat itu berada, apakah ada lecet disepanjang body-nya dan Alhamdulillah lagi ternyata tidak. Tapi aku mendapat lecet itu dimobil depannya, JAZZ berwarna silver dan panjang lecetnya sekitar se-meter.

‘Waduh, bisa seharga motor nih ganti ruginya… Kacauu!’

Mungkin begitu kata bathinku. Mobil JAZZ tersebut akhirnya mendekati, kami berdua sudah membayangkan muka ngeri seperti apa yang akan muncul.

Tetapi bayanganku pudar ketika yang muncul dari balik kaca yang membuka itu adalah seorang wanita, mahasiswi kedokteran mungkin tepatnya, karena temanku lihat ia dan teman-temannya memakai jas putih khas dokter. Wajah ayunya (bisa dibilang begitu.red) membuat aku dan temanku sedikit memperlambat permintaan maaf kami.

Namun tanpa disangka-sangka mahasiswi itu berkata,

“Pake otak dong mas!”, ia memarahi kami.

Tapi kemarahannya serasa bersembunyi dibalik wajahnya, dan itu membuat kengerian kami hilang. Dan Alhamdulillah yang ketiga kalinya, mobil itu langsung menancap gasnya dan pergi tanpa meminta ganti rugi apa-apa. ‘Alhamdulillah, untung gak minta ganti rugi, padahal lecet se-meter…’ ucap ku.

Kami segera mencari bengkel terdekat disana, atau paling tidak yang bisa membetulkan step motor, gigi dan remku agar kami bisa melanjutkan perjalanan ke depok. Dan ini adalah ke-’kurang-beruntungan’-ku yang ketiga.

Singkat cerita, kami berhasil melanjutkan perjalanan dengan rasa was-was karena bisa saja sekali-kali rem motorku blong kembali. Dan kali ini aku memutuskan untuk mengambil alih kendali motor.

Kami pun mampir ke bengkel terdekat yang menjual spare part, biayanya mencapai seratus ribu lebih, kami patungan untuk membayarnya. Walau setelah itu rem depanku masih tidak berfungsi, tapi paling tidak aku telah mengganti beberapa item di motorku yang sudah aus.

Kami terus melanjutkan perjalanan ke depok, dihiasi dengan sedikit insiden “nabrak lagi” tetapi kali ini skala kecil (indikator skala kecil=tidak jatuh), ini tergolong kedalam ke-’kurang-beruntungan’-ku yang keempat. Dan akhirnya kami sampai kampus kembali pukul 18.40, kami segera salat magrib dan pulang kehabitat masing-masing.

Huufftt… itulah kisah “indah” suatu hari yang takkan terlupakan bersama temanku dan “ke-’kurang-beruntungan’-ku yang ke…”. Itu sebutan bagi beberapa kejadian yang menjadi sorotan hari itu, dengan output sedikit shock, pergelangan tangan teman bengkak, dan pengalaman berbagi yang menarik. Yah, paling tidak ini menambah kewaspadaanku ketika berkendara. trim’s :

“Trim’s to Imam my friend, yang telah menemani sepanjang perjalanan. Dan menjadi korban yang tidak direncanakan, hhe..”

“Mungkin Allah punya cara tersendiri untuk menegur hamba-hambanya yang mungkin khilaf tidak bersyukur kepadaNya dengan mengambil rizki yang diberikanNya atau ‘hampir’ mengambil apa-apa yang diberikanNya”

Wassalamu’alaikum… Salam hangat, sangterasing.

image source: 1

10 thoughts on “Ahh, Hari Itu…

    1. Alhamdulillah sudah (komplit sampe akar-akarnya), smoga tidak terjadi lagi deh keteledoran yg kmarin2.
      Trims bwt BlogWalkingnya,,, nanti saya sering-sering mampir deh ke blognya..
      🙂

      Like

Leave a reply to sangterasing Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.