Siapa di Bumi Allah ini yang tidak mendambakan sebuah anugerah, hadiah atau pemberian. Salah satunya, mungkin bisa juga kita sebut sebagai kado dari kehidupan yang telah dijalani selama ini. Sebuah kado yang memang pantas diberikan bagi mereka yang siap menanggung tuntutan hadiah tersebut, yaitu tanggung jawab, sifat mengalah, menuntut jiwa pemimpin, sifat pemaaf, tauladan yang baik, berjiwa besar, sikap visioner, manajemen yang baik, ikhlas dan masih banyak tuntutan lainnya. Kado sederhana yang terlalu dianggap sederhana sekarang ini, yaitu kado bernama pernikahan.

Terlebih sebuah pernikahan yang sakinah, mawaddah, warrahmah, pernikahan yang diridhoi oleh Allah aza wa jalla. Bahwa memang ada tiga poin yang sudah ditentukan bahkan sebelum kita lahir di bumi-Nya ini, yaitu kematian seorang hamba, rezeki di dunia seorang hamba dan jodoh seorang hamba. Sehingga sangat dimudahkan bagi kita untuk tidak memusingkan ketiga masalah diatas, terutama pada poin ketiga. Kita sebagai manusia hanya diwajibkan untuk berusaha semaksimal mungkin.

Berusaha hidup sesehat mungkin agar terhindar dari sakit yang menzalimi tubuh kita, berusaha bekerja mencari harta didunia agar terhindar dari kurangnya kebutuhan kita di dunia, berusaha me-“mantas”-kan diri untuk bertemu pasangan hidup kita yang “pantas” dengan diri kita. Dan lalu sisanya biarkan Allah yang menentukan.

Bukankah Allah berfirman; …bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik, begitu juga dengan sebaliknya. Bahwa laki-laki yang buruk adalah untuk wanita-wanita yang buruk, begitu juga dengan sebaliknya. Jadi apakah kita baik? Ataukah selama ini buruk? Ini bisa juga menjadi motivasi kita untuk menjadi lebih baik dalam proses me-“mantas”-kan diri. Kalau sudah baik, menurut takaran siapa? Takaran dosen pembimbingkah? Orang tuakah? Sahabatkah? Saudarakah? Ataukah berdasarkan takaran yang sudah beribu-ribu tahun lamanya tidak berubah serta menjadi pedoman hidup kita dan orang-orang sebelum kita selama ini? (baca:Qur’an)

Sudah berkali-kali kita mendengar kisah sahabat yang mendapatkan hadiah kehidupan itu disaat mereka masih belia, belasan tahun. Namun coba kita lihat dari sisi lain, apakah saat belia kita… sudah bisa disamakan dengan kualitas mereka (sahabat) saat belia juga?

Maka dari itu pantaskanlah diri kita… “to meet our sweetest partner”, partner kehidupan yang dengan bersamanya kita bisa menemukan kondisi terbaik kita, pikiran terbaik kita, hati terbaik kita, …”our toppest condition, heart, mind and soul”.

“So…jangan menunda untuk memperbaiki diri, karena bisa saja –dia- tidak bisa menunggu. “

Dan terakhir, janganlah lupa bersyukur telah diberikan sahabat-sahabat yang menuntut peningkatan kebaikan pada diri kita, menuntut perubahan positif pada diri kita. Janganlah terlupa jasa-jasa dibalik tawa mereka, dibalik keringat mereka, jangan sedikit pun melepaskan momen bersama mereka. Berterima kasihlah kepada mereka dengan cara mengingatnya, semudah itu. Karena waktunya bersamamu, akan berkurang ketika engkau telah bertemu partner hidupmu.

Dan engkau pasti tak mau kan, Kado Manis bagi dirimu, menjadi Ujian Persahabatan bagi mereka.

Wallahu’alam

Best Regards,

sangterasing

“TULISAN INI DIDEDIKASIKAN KEPADA TEMAN SAYA (SAUDARI) YANG ALHAMDULILLAH AKAN MENGGENAPKAN AGAMANYA, MENYEMPURNAKAN IBADAHNYA SESUAI SUNNAH RASULULLAH SAW. DOA KAMI SELALU MENYERTAI, SEMOGA MENJADI KELUARGA YANG SAKINAH, MAWADDAH, WARRAHMAH. BARAKALLAH, AAMIIN”

image source: 1, 2

14 thoughts on “Pernikahan; Kado Manis Kehidupan, Ujian Persahabatan

  1. Manusia diciptakan berpasang-pasang, wanita akan menemukan jodoh seorang laki-laki, dan sebaliknya. Masalah pernikahan itu adalah sesuatu yang sebaiknya tidak ditunda-tunda, sekiaranya sudah mampu dan sudah menemukan pasangan, bersegera menyempurnakan agama lebih cepat lebih baik.
    Semoga menjedi keluarga yang penuh berkah.. 🙂

    Like

  2. gud,
    tapi kurang lengkap fi,
    tepatnya “pernikahan yang sakinah, mawaddah, warrahmah wa tarbiyah” hihi
    stlh membaca ini, pasti para pembaca beranggapan yg sama ‘bahwa kamu sangat perfect utk dinikahi fi…’
    apa gw doang ya…halah *jgn mesem
    keep writing brader ^^

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.